Tiga Hal Penting Dalam Peringatan Harkitnas ke 113
Samarinda---Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) yang diperingati setiap tanggal 20 Mei merupakan hari yang menjadi momentum perjuangan seluruh rakyat Indonesia yang ditandai dengan kelahiran organisasi Boedi Oetomo pada tahun 1908.
Peringatan Harkitnas yang ke 113 di Kaltim kali ini yang dilaksanakan secara virtual dihadiri langsung Sekretaris Daerah Kaltim HM. Sabani didampingi Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Prov. Kaltim
Muhammad Faisal serta jajaran Perangkat Daerah, di ruang Heart of Borneo (HOB) Kantor Gubernur Kaltim, Kamis (20/5).
Dalam sambutan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) RI Johnny G Plate menegaskan 113 tahun lalu perhimpunan Boedi Oetomo meletakkan dasar-dasar kebangkitan Nasional bagi bangsa Indonesia. Tiga hal penting yang diretas Boedi Oetomo pertama cita-cita untuk memerdekakan kemanusiaan.
Kedua memajukan nusa dan bangsa serta ketiga mewujudkan kehidupan bangsa yang terhormat dan bermatabat dimata dunia.
Tiga hal diatas merupakan substansi makna kebangkitan nasional yang harus dipertahankan dan diaktualisasikan lintas generasi. Senantiasa diterapkan dalam kerangka dinamis sesuai konteks zamannya.
Pada era pra-kemerdekaan kebangkitan nasional mampu menjadi ruh gerakan perlawanan terhadap hegemoni penjajah. Pasca kemerdekaan kebangkitan nasional menjadi inspirasi pelaksanaan pembangunan bangsa. Di era reformasi membawa Indonesia maju pengelolaan negara yang lebih terbuka dan demokratis.
Dalam konteks ini makna kebangkitan nasional seyogyanya diarahkan menjadi unifying factor (faktor pemandu) untuk mengembangkan demokrastisasi di segala bidang mewujudkan, keadilan, penegakan hukum, kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
Inilah agenda kontekstual yang sejatinya lebih dari cukup untuk mengantarkan bangsa Indonesia bercita-cita ketiga yang direntas atas Boedi Oetomo yakni berbuat sesuai dinamika kehidupan bangsa saat ini.
Peringatan Hari Kebangkitan Nasional pun pada akhirnya bukan sekedar menjadi ritual untuk mengenang kejayaan sejarah masa lalu saat soliditas persatuan era Boedi Oetomo terbentuk tanpa disertai tilikan memadai untuk mengejawantahkan semangat yang telah dirintis dr. Soetomo dan kawan-kawan itu ke dalam praktik berbangsa dan bernegara yang lebih operasional. (Prb/ty)