Kesehatan

Halaqoh Nasional Percepatan Penurunan Stunting Libatkan Seluruh Penyuluh Agama

  •   Nichita Heryananda Putri
  •   7 Oktober 2022
  •   11:41am
  •   Kesehatan
  •   855 kali dilihat

Jakarta - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) melibatkan peran Penyuluh Agama untuk mempercepat proses penurunan angka Stunting di Indonesia. Kegiatan tersebut digelar dalam acara Halaqoh Nasional Pelibatan Penyuluh Agama, Da'i dan Da'iyah untuk Mendukung Percepatan Penurunan Stunting di Istana Wakil Presiden, Kamis (6/10/2022).

Pelibatan Penyuluh Agama tersebut dimaksudkan karena Penyuluh Agama memiliki peran yang strategi dalam memberikan edukasi kepada masyarakat. Melalui khutbah, ceramah serta taushiyah keagamaan, para penyuluh dapat menyampaikan pentingnya pencegahan stunting sebagai suatu aksi nyata bersama.

Kepala BKKBN,  Hasto Wardoyo mengatakan pemerintah memiliki waktu kurang 2,5 tahun sampai akhir 2024 untuk mencapai target Stunting di angka 14 persen. Tantangan ini menurutnya perlu upaya optimal antar pihak karena Stunting di Indonesia saat ini berada diangka 24,4 persen sementara standar WHO berada di angka maksimal 20 persen.

"Kami telah melakukan berbagai program, juga termasuk MoU bimbingan perkawinan calon pengantin yang dilaksanakan 3 (tiga) bulan sebelum nikah, juga melalui Halaqoh Nasional ini mudah-mudahan percepatan penurunan stunting dengan meningkatkan pengetahuan kepada masyarakat akan lebih cepat tercapai," ujarnya.

Keberhasilan bagi sebuah negara bisa diukur melalui Human Capital Index, dimana sebuah negara di katakan maju jika masyarakat mempunyai umur yang panjang, sehat dan produktif.

Hasto menyebut Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh yang dialami oleh anak-anak akibat kekurangan asupan gizi. Dampak yang ditimbulkan akibat stunting yakni tinggi badan yang tidak optimal sehingga badan menjadi lebih pendek, kurang cerdas dan pada usia 40 tahun mudah sakit-sakitan karena metabolisme tubuh yang berbeda.

“Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri karena kita menghadapi bonus demografi dimana usia-usia produktif harus benar-benar produktif dan berkualitas. Bonus demografi hanya sampai antara 2030-2040 sehingga setelah itu ada aging population, sehingga kalau tidak memanfaatkan generasi yang unggul maka kemudian kita tidak mentransfer bonus demografi menjadi bonus kesejahteraan,” kata Dokter Hasto.

Di tempat yang sama, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengatakan pelibatan Peran Penyuluh Agama oleh pemerintah dalam program nasional percepatan penurunan Stunting, isu ketahanan keluarga, dan kesehatan merupakan langkah yang tepat.

Kegiatan ini, lanjut Menag, sangat sejalan dengan program kerja Kementerian Agama yang akan terus memperkuat peran Penyuluh Agama ditengah masyarakat. Bersama para Da’i dan Da’iyah, Kemenag juga terus meningkatkan kualitas bimbingan masyarakat. Bersama Penyuluh Agama dan para Dai, Kementerian Agama berusaha sekuat tenaga mewujudkan masyarakat yang sehat dan sejahtera, lahir dan batin.

"Penyuluh Da’i, dan Da’iyah ada pada tiap lapisan masyarakat. Suaranya didengar dan dapat mempengaruhi pemahaman bagaimana masyarakat bersikap. Memberikan pemahaman terkait Stunting melalui bahasa agama tentu menjadi power yang harus diambil perannya oleh da’i dan da’iyah," terangnya.

Gus Yaqut menambahkan, narasi yang dibangun untuk menyadarkan pentingnya pencegahan stunting adalah narasi yang disabdakan langsung oleh Rasulullah SAW, yaitu mu’min yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah SWT daripada mu’min yang lemah. Adapun salah satu upaya untuk menjadi mu’min yang dicintai oleh Allah, yakni dengan cara tumbuh dengan optimal, baik secara fisik ataupun mental. (cht/pt)