HANI Jadi Momentum Perkuat Benteng Pertahanan Terhadap Ancaman Penyalahgunaan Narkoba
SAMARINDA - Persoalan Narkoba di Indonesia saat ini layaknya benang kusut yang tidak diketahui ujungnya. Peredaran narkoba tentunya bukanlah permasalahan baru, melainkan menjadi PR besar sejak dulu.
Di tengah suasana pandemi Covid-19, ternyata tidak menyurutkan aksi penyalahgunaan narkotika di Provinsi Kalimantan Timur khususnya Kota Samarinda. Fokus Pemerintah tentunya memberikan langkah konkrit untuk kemudian menjadikan Kaltim bebas dari Narkoba.
Hari Anti Narkoba Internasional (HANI) yang diperingati setiap tanggal 26 Juni ini menjadi momentum yang tepat untuk menguatkan benteng pertahanan terhadap ancaman penyalahgunaan narkotika.
“Kita harus selalu bersama-sama peduli pada persoalan narkoba khususnya di Samarinda, untuk melakukan segala daya upaya mulai dari kegiatan pencegahan, rehabilitasi sampai penegakan hukumnya, War On Drugs!,” ujar Kepala BNN Kota Samarinda, Halomoan Tampubolon dalam Program Siar Dialog Publika Stasiun TVRI Kaltim dengan tema “Samarinda Hebat Tanpa Narkoba”, Kamis (24/06/2021).
Tren pengedaran narkoba di Samarinda diakui Tampu memang mengalami penurunan. Bahkan, di beberapa titik yang sebelumnya terindikasi sebagai loket peredaran saat ini pun hampir dinyatakan bersih. Meskipun demikian bukan berarti persoalan narkoba telah usai, karena persoalan ini akan terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.
“Kita akan prioritaskan pemberantasan pada demand atau permintaan. Kalau demand ini benar-benar sudah bisa kita tangani secara maksimal dan orang-orang yang kecanduan bisa kita sembuhkan, otomatis permintaan dan supply pun akan sangat berkurang,” terangnya.
Kepala BNN Kota Samarinda ini pun kemudian mengajak masyakarat untuk berpartisipasi dalam memberikan pengawasan kepada saudara, anak-anak, keluarga bahkan diri sendiri. Agar benar-benar memahami betapa bahayanya penyalahgunaan narkotika.
“Kami akan terus lakukan edukasi terutama dalam penguatan pertahanan keluarga, karena semua penyalahgunaan narkotika rata-rata berawal dari persoalan keluarga. Ketahanan keluarga inilah yang menjadi prioritas kita. Sosialisasi tentang bahaya narkoba juga terus dilakukan mulai dari anak usia dini hingga usia produktif,” tandasnya. (resa/pt)