Ekonomi

Pengembangan Klaster Industri, Strategi Transformasi Ekonomi Baru Kalimantan Timur

  •   Khajjar Rohmah
  •   12 September 2023
  •   12:19pm
  •   Ekonomi
  •   981 kali dilihat

Samarinda – Struktur ekonomi Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) masih ditopang oleh sektor ekstraktif yang tidak terbarukan. Pemerintah Provinsi Kaltim mencanangkan, struktur ekonomi ke depan akan bertransformasi ke sektor yang bernilai tambah.

Gubernur Kaltim, Isran Noor mengatakan, strategi pembangunan ekonomi secara berkelanjutan telah diinisasi sejak 2011. “Provinsi Kaltim berupaya untuk melakukan transformasi ekonomi dari basis sumber daya tak terbarukan menjadi ekonomi yang berbasis pada sumber daya baru terbarukan,” ungkapnya.

Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kaltim, Yusliando memaparkan transformasi ekonomi Kalimantan Timur ke depan akan diimplementasikan melalui strategi pengembangan kawasan-kawasan industri.

Adapun strategi tersebut yakni melalui pengembangan industri turunan dari sektor perkebunan, tanaman pangan, perikanan, pertambangan, pengembangan pariwisata, serta industri bernilai tambah lainnya.

Saat ini, Kaltim memiliki beberapa kawasan industri strategis yang terus dikembangkan. Di antaranya adalah Kawasan Ekonomi Khusus Maloy Batuta Trans Kalimantan (KEK MBTK) yang telah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) sejak 1 April 2019.

Kemudian,  ada pula Kawasan Industri Kariangau (KIK) dan Buluminung. Kawasan tersebut telah dilengkapi dengan fasilitas pelabuhan. Yakni Pelabuhan Kariangau dengan  kapasitas 350.000 TEUS, Kapasitas bongkar muat pelabuhan 25 box container/crane/Hr, dan PLTU Kariangau.

Selain itu, Kaltim juga memiliki kawasan industri perkayuan, perkapalan, industri hingga jasa di Kota Samarinda. Serta  destinasi pariwisata yang dapat menjadi sentra pengembangan ekonomi kreatif. Seperti Pulau Derawan, Gua Haji Mangku, Danau Labuan Cermin, Karst Sangkulirang, Lamin Guntur dan juga Biduk-Biduk.

“Termasuk industri sektor pertanian dalam arti luas bernilai tambah yang juga akan kita kembangkan,” tambah Yusliando.

Lebih lanjut, Yusliando menjelaskan struktur ekonomi Kaltim pada 2022 masih didominasi sektor pertambangan dan penggalian sebesar 53 persen, industri pengolahan 15 persen, konstruksi 7 persen, pertanian kehutanan dan perikanan 7 persen, perdagangan besar dan eceran 5 persen, transportasi dan pergudangan 3 persen. Serta sektor lainnya sebesar 8 persen.



Pada 2030, Pemprov Kaltim menarget struktur ekonomi akan didominasi oleh industri pengolahan sebesar 42 persen. Sementara sektor pertambangan hanya berkontribusi sebesar 17 persen, perdagangan hotel dan restoran 20 persen, pertanian 10 persen. Dan sektor lainnya sebesar 11 persen.



“Tentu masih diperlukan penelaahan lanjutan terkait proyeksi ini,” sebutnya.

Dengan hadirnya Ibu Kota Nusantara (IKN) di bumi Kalimantan diharapkan dapat mempercepat upaya transformasi ekonomi Kaltim. Terutama pada implementasi pembangunan klaster-klaster industri.

Menurut Yusliando, pada aspek ekonomi, pembangunan IKN dan wilayah mitra akan mengimplementasikan konsep superhub ekonomi yang terdiri atas pengembangan klaster-klaster industri. (KRV/pt)