Ekonomi

Kaum Disabilitas Juga Bisa Berkarya

  •   teguh p
  •   10 Oktober 2021
  •   9:53am
  •   Ekonomi
  •   802 kali dilihat

Balikpapan – Perkembangan Batik Shaho berliku, namun bisa bertahan hingga kini. Nama Shaho diambil dari awalan nama keluarga yang beranggotakan lima orang yakni, Supratono, Haryati, Ardi, Hendri dan Oki disingkat "Shaho". Usaha yang dimulai sejak tahun 1996 ini, beralamatkan di Jalan LKMD RT 05 Nomor 45 Kelurahan Batu Ampar, Kecamatan Balikpapan Utara.

Sebelum membatik sang istri bernama Haryati mempunyai usaha peyek yang diberi nama AHO itu kependekan dari nama anaknya, Ardi Hendri dan Oki (AHO), ujar Supratono saat mengawali perbincangan.

“Begitu episode usaha peyek telah selesai, kami lanjut memulai usaha Batik. Kemudian, saat ditanya oleh Dinas Perindagkop dikasih nama apa merk dagangnya ini, akhirnya munculah nama “Shaho” dengan tambahan nama saya (Supratono)  dan istri (Haryati). Keren namanya bahkan dikira berasal dari bahasa Jepang, padahal kependekan nama keluarga saya, “tawa pria berjenggot ini.

Batik Shaho memiliki motif ukiran khas Kalimantan. Berbagai motif tersebut diantaranya melengkung, spiral, lingkaran dan patung manusia. Bentuk melengkung terinspirasi liukan akar atau ranting pohon. Motif seperti itu banyak dijumpai pada corak ukiran atau lukisan orang (Dayak) Kenyah dan Bahau di Kalimantan Timur. Motif lainnya yang baru dikembangkan ialah tumbuhan kantong semar dan bakau, tuturnya.

Tuna wicara dan tuna rungu dipekerjakan di galeri Batik Shaho itu karena keprihatinan Bapak Supratono mereka tidak diterima kerja dimana-mana, beber Supratono.

“Bagaimana tidak bangga, saya sedih melihat anak-anak ini (difabel tuna wicara dan tuna runggu). Mereka memiliki keterbatasan, namun sudah melamar kerja kemana-mana dan tidak diterima. Akhirnya saya putuskan untuk menerima bekerja dan diajari membatik. Alangkah bahagianya jika melihat anak-anak yang memiliki keterbatasan berhasil membatik,” timpalnya. 

Butuh kesabaran serta ketelatenan mengajarkan anak difabel. Namun, ada kebanggan lebih jika berhasil mengajarkan anak hingga akhirnya bisa membatik, tambahnya.

“Talenta  pada masing-masing tiap anak yang bekerja disini berbeda. Kita terus melihat dan memberikan ilmu tapi butuh kesabaran karena kita perlu mengajarinya dengan menggunakan bahasa isyarat  saja,” ungkap pria kelahiran Magelang Ini.

Untuk bahan dasar membatik sendiri , Supratono menggunakan bahan alam seperti serbuk kayu ulin yang merupakan tumbuhan khas Kalimantan. Dengan bahan itu, kain menjadi cokelat dan tampak seperti kulit kayu. Menandakan bahwa produk Batik Shaho memliki ciri khas yang tidak sama dengan produk lainnya.

Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) merupakan langkah strategis untuk memulihkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Menciptakan Indonesia yang maju dan aktif adalah visi nasional yang harus diwujudkan bersama melalui inovasi, kolaborasi dan rasa bangga dengan karya-karya anak negeri.

Supratono bangga Batik Shaho masuk didalam daftar Gernas BBI Kaltim 2021. Akan menjadi momentum pertumbuhan dan pengembangan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), yang mana sebanyak 150 UKM ikut serta ambil bagian di dalamnya.

“Gerakan Nasional ini adalah langkah besar sekaligus mendorong semangat baru bagi pelaku usaha di Kaltim untuk semakin maju dan kreatif,” Imbuhnya.

Gernas BBI merupakan langkah strategis untuk memulihkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Menciptakan Indonesia yang maju dan aktif adalah visi nasional yang harus diwujudkan bersama melalui inovasi, kolaborasi, dan rasa bangga dengan karya-karya anak negeri. (tp/pt)