Ekonomi

Fenomena Penurunan Kualitas Air, Akibatkan Ribuan Ikan Tambak Mati Mendadak

  •   pipito
  •   9 Juni 2021
  •   4:45am
  •   Ekonomi
  •   1994 kali dilihat

KUTAI KARTANEGARA-  Viralnya Ribuan ikan keramba hasil budidaya milik warga mati mendadak di kawasan Jembayan, Kecamatan Loa Kulu, Kabupaten Kutai Kartanegara, Rabu (9/6).

Menyebabkan kerugian cukup besar bagi pembudidaya ikan keramba yang berada di sepanjang Sungai Mahakam wilayah Tenggarong, Loa Kulu dan sekitarnya di Kabupaten Kutai Kartanegara.

Dijelaskan Fadly selaku Kepala Bidang Pengelola dan Budidaya Ikan pada Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kutai Kartanegara, fenomena alam penurunan kualitas air di Sungai Mahakam yang disebut warga setempat dengan “Air Bangar” merupakan siklus tahunan atau lima tahunan dan bahkan sepuluh tahunan.

“Disini, posisi Ulu aliran Sungai Mahakam terdapat kondisi rawa dan danau yang sebelumnya banjir atau air pasang. Kondisi tersebut mempengaruhi adanya pembusukan pada akar-akar tanaman di rawa dan danau. Pada saat surut, air tersebut ikut mengalir pada aliran Sungai Mahakam,” jelasnya saat dihubungi melalui saluran telepon, Rabu (9/6/2021).

Dengan keadaan demikian, lanjutnya, parameter air atau kualitas air terpengaruh dan mengakibatkan fenomena ikan-ikan yang tidak tahan dengan toleransi parameter.

“Seperti jenis Ikan mas yang riskan dampaknya. Jika ikan Nila masih bisa toleransi, biasanya ikan-ikan yang bukan labirin, sedangkan ikan labirin bisa mengambil oksigen keatas seperti ikan Lele dan Papuyu,” terang Fadly.

Lanjut ia katakan jenis ikan yang banyak mati mendadak ini merupakan jenis ikan emas. Bahkan Nelayan tambak ikan ada yang mati 100 kilogram. Tetapi tidak semua nelayan penambak ikan yang mati ikan budidayanya. Misalnya ke daerah Sepakat atau Loa Ulu banyak ikan yang mati, sebaliknya di ilirnya ikan-ikan aman, bebernya.

“Untuk sementara  Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kutai Kartanegara melakukan inventarisasi dampak kerugian nelayan tambak. Tadi baru cek lapangan baru ke satu desa yakni Desa Sepakat yang agak lumayan banyak tingkat kematian ikannya. Bahkan satu pembudidaya ikan tambak kematian ikan bisa mencapai  1 kwintal atau 100 kilogram,” ucapnya.

Sedangkan, desa sebelahnya Loa Ulu Kota kematian ikan tidak banyak. Sebab, fenomena ini bukan pertama kalinya terjadi. Bahkan sudah mengantisipasinya  jika terjadi hal seperti ini dengan menyiapkan dalam menyelamatkan ikan tersebut.

Adapun Nelayan budidaya keramba ikan melakukan antisipasinya dengan mengurangi komposisi pemberian pakan ikan, memberikan aerasi buatan untuk penambahan oksigen pada ikan, tidak melakukan penebaran benih pada saat kualitas air sungai Mahakam menurun, melakukan pemanenan pada ikan yang sudah mencapai ukuran konsumsi serta memindahkan ikan secepatnya ke lokasi yang dapat menyelamatkan kehidupan ikan itu sendiri, seperti kolam penampungan, tutup Fadly. (pt)