Sejarah Hari Radio Nasional 11 September
Samarinda- Tepatnya tanggal 11 September 2021 yang lalu diperingati sebagai Hari Radio Nasional. Dimana Hari Peringatan Hari Radio Nasional bersamaan dengan berdirinya Radio Republik Indonesia (RRI) pada 11 September 1945.
Jika berbicara mengenai sejarah Hari Radio Nasional, hal ini tidak dapat dipisahkan dengan sejarah RRI. RRI dibentuk pada saat sebulan setelah radio siaran milik pemerintah Jepang yang bernama Hoso Kyoku dihentikan, tepatnya 19 Agustus 1945.
Pada awalnya, perkembangan radio di Indonesia dimulai oleh Batavia Radio Vereniging (BRV) pada 16 Juni 1925 di Batavia atau Jakarta.
Menurut laman resmi Komisi Penyiaran Indonesia, dihentikannya, siaran radio Hoso Kyoko pada 19 Agutus 1945 menjadi cikal bakal lahirnya RRI. Saat itu, bangsa Indonesia baru saja merdeka dari penjajahan dan tidak tahu apa yang haru dilakukan. Terlebih radio-radio luar negeri saat itu mengabarkan bahwa Belanda akan kembali menjalankan kekuasaanya di Indonesia.
Orang-orang yang pernah aktif di radio pada masa kependudukan Jepang menyadari radio merupakan alat komunikasi yang diperlukan Pemerintah Indonesia untuk memberikan informasi dan berkomunikasi dengan rakyat.
Melihat situasi tersebut, banyak orang Indonesia yang sebelumnya aktif di radio saat masa penjajahan Jepang menyadari bahwa radio adalah alat yang sangat dibutuhkan oleh pemerintah Indonesia untuk menyebarluaskan informasi dan dibutuhkan pula oleh masyarakat Indonesia untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi terkini dan apa saja yang harus mereka lakukan.
Kemudian, sebanyak delapan delegasi Indonesia yang sebelumnya tergabung di radio siaran Hosu Kyoku menggelar pertemuan bersama pemerintah Indonesia di Jakarta. Delegasi radio yang saat itu mengikuti pertemuan adalah Abdulrahman Saleh, Adang Kadarusman, Soehardi, Soetarji Hardjolukita, Soemarmadi, Sudomomarto, Harto dan Maladi.
Delapan orang bekas Radio Hosu Kyoku mengadakan pertemuan berama pemerintah pada 11 September 1945, tepatnya Pukul 17.00 di beka Gedung Raad Van Indje Pejambon, Jakarta.
Abdurahman Saleh yang menjadi Ketua Delegasi mengutarakan pentingnya radio sebagai alat komunikasi Pemerintah dengan rakyat, karena lebih cepat dan tidak mudah terputus saat pertempuran. Kehadiran radio menjadi penting saat itu mengingat tentara sekutu akan mendarat di Jakarta pada akhir September 1945.
Pertemuan tersebut menghasilkan kesimpulan, diantaranya dibentuknya Persatuan Radio Repubik Indonesia yang akan meneruskan penyiaran dari delapan stasiun di Jawa, mempersembahkan RRI kepada Presiden dan Pemerintah RRI sebagai alat komunikasi dengan rakyat, serta mengimbau agar semua hubungan antara Pemerintah dan RRI disalurkan melalui Abdurahman Saleh.
Pemerintah saat itu menyanggupi kesimpulan tersebut dan siap membantu RRI meski tidak sependapat dalam beberpa hal.
Tepatnya pukul 00.00 delegasi dari delapan stasiun di Jawa mengadakan rapat. Adapun Delegasi yang hadir diantarnya, dari wilayah Purwokerto, Yogyakarta, Semarang, Surakarta dan Bandung, sedangkan Surabaya dan Malang tidak mengirim perwakilan.
Dari pertemuan rapat tersebut didirikannya RRI dengan Abdurahman Saleh sebagai pemimpinnya.
Namun, seiring perkembangan zaman radio terus menghadirkan beragam inovasi, mulai dari aplikasi ponsel pintar hingga sistem ruang berita berbasis kecerdasan buatan, dalam upaya transformasi bersaing di era digital. (pt)