Berita

Peningkatan Mutu Bokar Untuk Memenuhi Permintaan Pasar

  •   prabawati
  •   11 Juli 2023
  •   5:46pm
  •   Berita
  •   587 kali dilihat

Samarinda - Indonesia sebagai negara produsen karet kedua terbesar di dunia pada saat ini berpotensi besar untuk menjadi produsen utama dalam dekade mendatang. Hal Ini dimungkinkan karena Indonesia mempunyai potensi  sumberdaya alam yang sangat memadai untuk meningkatkan produksi dan produktivitas.

Wilayah Kalimantan Timur mempunyai kondisi Agroekosistem (tanah dan iklim) yang sesuai untuk pengembangan komoditi unggulan pembangunan seperti kelapa sawit, karet, kakao, lada dan kelapa  serta komoditi lainya.

Prospek pasar komoditas perkebunan semakin menjanjikan sejalan dengan semakin meningkatnya permintaan pasar dunia dan pasar domestik akan produk yang berbahan baku berasal dari komoditi perkebunan. Khususnya produk dari komoditi  Karet yang berasal dari perkebunan rakyat bila berkadar tinggi dan cukup kering akan mendapatkan harga yang tinggi dibanding yang berkadar rendah dan basah.    

Untuk mendapat peluang pasar dari produsen /pelaku usaha produk karet, diperlukan perbaikan mutu bahan olahan karet (BOKAR), Dinas Perkebunan Kaltim telah menggelar Bimbingan Teknis Pembinaan Pasca Panen Karet Di Desa Selerong Kecamatan Muara Komam, Kabupaten Paser pada 7 Juli 2023 pekan lalu.

Menurut Kepala Dinas Perkebunan Prov. Kaltim Ahmad Muzakkir diwakili Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Perkebunan, Andi Siddik, hal lain yang perlu dilakukan untuk meningkatkan mutu bokar adalah melakukan pengawasan terhadap mutu Bokar di kelompok tani/Gapoktan/UPPB.  

Andi menjelaskan permasalahan yang sering dihadapi dalam pengolahan BOKAR di Kaltim cukup kompleks, diantaranya tingginya kadar air dan penggunaan bahan pembeku lateks yang tidak direkomendasikan.

Apabila lateks karet tersebut dibekukan dengan bahan yang tidak direkomendasikan seperti dengan menggunakan pupuk urea atau ditambahkan tetelan kayu pohon karet.

"Jika dipasarkan ke pabrik maka harga karet tersebut akan jatuh karena akan terjadi pembengkakan biaya pengolahan dipabrik serta rendahnya mutu produk karet,"sebutnya.

Dia pun berharap terjadi peningkatan mutu Bokar  sehingga terjadi peningkatan nilai jual dan terjalin kerjasama yang baik antara anggota kelompok tani/UPPB (Prb/ty)