Faisal: Radio Harus Mampu Lakukan Transformasi Digital
Samarinda - Radio perlu melakukan transformasi digital agar dapat menjangkau tuntutan pendengar era kekinian. Radio dituntut untuk bisa beradaptasi dengan perubahan zaman. Memenuhi kebutuhan ragam akses informasi masyarakat, selain siaran udara.
Karena tak dapat dimungkiri, keberadaan radio saat ini semakin tergerus dengan aktivitas media online dan media sosial yang begitu masif. Namun, keberadaan radio masih tetap dibutuhkan sebagai salah satu media penyiaran informasi dan hiburan bagi masyarakat.
Terlebih, radio merupakan salah satu alat perjuangan pada masa kemerdekaan Indonesia. Sehingga, eksistensi radio harus terus dipertahankan sebagai bentuk penghargaan pada nilai-nilai sejarah perjuangan bangsa.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kalimantan Timur (Kaltim) Muhammad Faisal mengatakan, keberadaan radio masih dibutuhkan oleh masyarakat. Karena, hanya radio media penyiaran informasi yang mampu menjangkau hingga ke wilayah terestrial. Apalagi di Kaltim, masih banyak daerah pedalaman yang membutuhkan radio sebagai sumber informasi utama bagi masyarakat.
Bagi sebagian masyarakat perkotaan pun, radio masih menjadi alternatif pilihan sumber informasi dan hiburan. Karena sebagian masyarakat, sudah menganggap mendengarkan radio sebagai bagian dari gaya hidup (lifestyle).
"Di banyak tempat, radio masih dibutuhkan. Di Jakarta kita masih mendengar Prambors, di luar negeri ada VOA atau NHK World. Artinya, di kehidupan sekarang, radio masih didengarkan, walau mungkin frekuensinya yang berkurang," kata Faisal saat menjadi bintang tamu Dialog Interaktif: Halo Kaltim Edisi 10 September 2022. Di kanal radio Pro I, Radio Republik Indonesia (RRI) Samarinda.
Dialog interaktif tersebut sekaligus menjadi rangkaian acara Hari Ulang Tahun (HUT) ke 77 RRI, yang jatuh pada 11 September 2022 dan diperingati sebagai Hari Radio Nasional.
Di era transformasi digital seperti sekarang, Faisal menyebut radio harus mampu memberikan double impact. Tidak hanya siaran melalui udara, tapi juga mampu menjadi wadah informasi yang menampilkan visual secara langsung.
Dalam kesempatan itu, Faisal juga mengapresiasi pada RRI yang mengakomodir kepentingan para kelompok disabilitas. Dengan selalu menggambarkan visual narasumber melalui warna pakaian dan aksesoris yang digunakan. Hal ini bisa menjadi indikator dalam penilaian Indeks Kemerdekaan Pers di Kaltim.
"Indeks Kemerdekaan Pers kita ranking 1 tahum ini. Tapi ada beberapa indikator rendah yang dinilai, karena kita belum mampu mengakomodir kepentingan disabilitas. Melihat RRI hari ini, nanti akan saya sampaikan, bahwa pada praktiknya kita sudah lakukan," ujar Faisal.
Dialog yang dipandu oleh penyiar kawakan RRI Samarinda, Metalianda Darmila ini juga menghadirkan Kepala Stasiun RRI Samarinda, Arlin Setyaningsih dan Kepala Bidang Siaran, Supriati.
Arlin Setyaningsih menyampaikan, RRI telah banyak melakukan transformasi dan pembaharuan mengikuti perkembangan kebutuhan informasi era digital. Seperti memberikan fasilitas streaming, aplikasi radio melalui RRI Play Go, dan memiliki Kantor Berita Radio Nasional (KBRN) dengan laman rri.co.id, serta tampilan audio visual melalui RRI NET.
"Jadi kita sudah melakukan transformasi digital, meski belum sempurna. Kita akan mengejar tampilan yang lebih baik lagi," ungkap Arlin.
Menurut Arlin, tantangan pengembangan transformasi digital di RRI Samarinda adalah minimnya SDM. Ia menyebut, SDM RRI Samarinda hanya sekitar 54 orang untuk mengelola seluruh program. Berbeda dengan jaringan RRI di Pulau Jawa yang memiliki SDM yang jauh lebih banyak.
"Di Jawa, RRI tipe C saja, SDM-nya bisa tiga kali lipat lebih banyak dari kami. Di Samarinda, SDM masih sedikit dan etos kerja harus diupgrade. Ini jadi PR kita," tuturnya.
Pada peringatan HUT ke 77 RRI, juga menjadi momentum lembaga penyiaran publik ini untuk semakin berbenah. Arlin membocorkan, akan ada banyak program baru yang akan dilaunching oleh RRI. Termasuk perubahan dan pengalihan program untuk merefresh acara-acara yang dibawakan oleh RRI.
Dialog interaktif berlangsung selama satu jam. Selain para narasumber yang hadir di studio, para penelpon dari pendengar setia RRI di berbagai kabupaten/kota juga hadir mengisi acara. Dengan berbagai pertanyaan serta kritik dan saran konstruktif bagi RRI Samarinda. (KRV/pt)