Artikel

Upaya Pengembangbiakan Si Pahu, Badak Asli Kalimantan

  •   Khajjar Rohmah
  •   25 September 2022
  •   12:42pm
  •   Artikel
  •   1891 kali dilihat

Kutai Barat - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur (Kaltim) dan Resort Konservasi Suaka Badak Kelian Kutai Barat, bersama pemerintah pusat maupun provinsi termasuk mitra terkait lainnya, terus melakukan upaya konservasi pelestarian badak kalimantan. Salah satunya, dengan melakukan translokasi badak liar menuju konservasi eksitu untuk program pengembangbiakan. 

 

Kepala Resort Konservasi Suaka Badak Kelian Kubar, Jono Adiputro mengatakan, pihaknya kini tengah menunggu dokumen Rencana Aksi Darurat (RAD) yang mencakup seluruh wilayah Indonesia. Yakni Aceh, Lampung dan Kalimantan. 

 

"Itu pedoman kita untuk melaksanakan kegiatan konservasi. Karena RAD sebelumnya, tahun 2018-2021 sudah habis," kata Jono saat dihubungi Tim Liputan Diskominfo Kaltim, Jumat (23/9/2022).  

 

Saat ini, ada satu badak berkelamin betina bernama Pahu yang berada di Suaka Badak Kelian, Kutai Barat. Proses penyelamatan badak Pahu dari alam liar dilakukan sejak 2015. Lalu dipindahkan ke Suaka Badak Kelian pada tahun 2018. 

 

Suaka tempat badak Pahu berada di sebuah lahan seluas 10 hektare (ha). Lahan suaka tersebut, dikelilingi dengan pagar kawat listrik. Kondisi suaka dibuat persis seperti habitat badak di alam liar. Petugas suaka yang masuk pun dibatasi, hanya keeper dan dokter hewan. 

 

Untuk pakan, pihak suaka biasa menyuplai sekitar 25 kilogram (kg) daun dan buah-buahan yang diambil dari kawasan hutan lindung. Badak Pahu sendiri, membutuhkan sekitar 10 persen dari berat badannya dalam pemenuhan pakan harian. 

 

"Jadi per hari itu, dia butuh makan sekitar 35 kg daun dan buah-buahan. 25 kilonya kita siapkan, sisanya dia mencari sendiri," beber Jono. 

 

Pihak suaka kini tengah fokus dalam proses perawatan dan pengembangbiakan untuk menambah jumlah populasi. Yakni dengan mencari badak jantan untuk dikawinkan dengan badak betina. Namun ia akui, sangat sulit menemukan badak di alam liar. Karena, badak merupakan hewan yang soliter atau penyendiri. 

 

Selain itu, badak memiliki indra penciuman yang sangat kuat dan tidak pernah mau bertemu manusia. Jika badak mencium aroma manusia, dia akan bersembunyi. 

 

"Kita sementara ini masih mencari jantannya. Kalau pun tidak ketemu, kita akan lakukan pengembangan populasi melalui teknologi buatan bayi tabung. Jadi membawa sperma dari suaka badak di Sumatera," ungkap Jono menyebutkan alternatif lain dalam proses pengembang biakan badak.  

 

Sempat ada wacana pemindahan Badak Pahu ke Suaka Rhino Sumatera di Taman Nasional Way Kambas (TNWK) Lampung, atau ke Taman Nasional Ujung Kulon yang ada di Banten. Namun karena besarnya rasa kepemilikan pemerintah dan masyarakat kepada badak kalimantan, wacana itu akhirnya tidak diindahkan. 

 

"Lebih baik kita jaga di sini. Bahkan kita proyeksikan Suaka Badak Kelian ini menjadi pusat suaka badak yang ada di Kalimantan. Jadi, misal ditemukan lagi badak kalimantan, akan kita satukan di suaka ini," ungkap Jono. 

 

Badak berfungsi menjaga kesehatan hutan dengan cara menyebar biji-bijian melalui kotoran dan kulitnya. Dampaknya terhadap manusia jika Badak hilang, maka hutan akan hilang.  Keseimbangan ekosistem yang menjaga kehidupan manusia pun akan hilang. Seperti udara bersih, air bersih, obat-obatan, dan sumber pangan. 

 

“Oleh karena itu, mari kita semua ikut menjaga kelestarian badak kalimantan,” ajaknya. (KRV/pt)